Perceraian kadang diambil oleh pasangan rumah tangga karena dianggap sebagai jalan keluar terbaik. Perceraian merupakan titik ujung dari hubungan yang sebelumnya memiliki ikatan pernikahan, Sebagian orang memilih perceraian untuk menyelesaikan konflik dalam rumah tangga, namun lupa bahwa perceraian juga dapat memberikan dampak negatif kepada anak dan tumbuh kembang anak serta menyisakan ingatan dalam benak anak. Dampak yang mungkin terjadi pada setiap anak bisa berbeda-beda,
tergantung dari usia anak pada saat orang tua bercerai, kondisi
perceraian, serta kepribadian anak tersebut.
Perceraian dapat menyebabkan kemunduran dalam kemampuan belajar dan bahkan saat dewasa anak-anak merasa tidak akrab dengan orang tua. Anak-anak kadang sulit bersosialisasi karena merasa minder dengan teman-temannya yang memiliki keluarga utuh. Bijaknya orang tua wajib peka, orangtua mesti mengesampingkan ego dan dapat memposisikan diri mereka sesuai kebutuhan anak, karena pasca perceraian terkadang orang tua mengalami emosi yang tidak stabil sementara anak-anak memerlukan perhatian extra, mereka wajib merasakan kasih sayang, perhatian dan kepedulian.
Tidak ada yang menginginkan perceraian, namun jika kondisi memaksa apa boleh buat. Dalam hal ini anak juga butuh pertolongan. Hindari melakukan kesalahan yang dapat memperburuk kondisi anak, seperti
berkeluh kesah pada anak. Jangan jadikan anak sebagai perantara atau
pengantar pesan, apalagi sebagai pelampiasan. Hal ini dapat membuat anak
membenci salah satu pihak. Bukan hanya itu, anak-anak yang orang tuanya bercerai umumnya akan
merasakan emosi yang campur aduk, antara kaget, sedih, cemas, marah atau
bingung. Sebagian anak juga lebih berisiko mengalami masalah dalam bersosialisasi. Tak jarang anak akan merasa rendah diri dan iri pada anak lain yang memiliki keluarga yang utuh.
Hal yang perlu dihindari ketika perceraian terjadi;
1.Menanyakan pada anak ingin tinggal dengan siapa
Seringkali orang tua menanyakan pada anak mereka ingin tinggal dengan siapa. Hal ini merupakan kesalaham pertaman yang Anda lakukan dan akan menjadi hal paling sulit yang dihadapi oleh anak-anak karena membuat mereka merasa bersalah dan bersedih.
2. Menjadikan penyampai pesan
Anak seringkali menjadi objek yang paling menderita karena harus menjadi penyampai pesan ketika orang tua bertengkar. Bahkan hal tersebut berlanjut sampai pada perceraian orang tua. Sebuah kesalahan besar jika menjadikan anak sebagai penyampai pesan antar orang tua yang sudah bercerai.
3. Perceraian bukan masalah
Sudah tentu jadi asumsi yang keliru jika Anda berusaha menyampaikan atau memberikan pandangan positif pada anak tentang perceraian. Seringkali anak-anak merasa takut bahwa perceraian akan menyebabkan orang tua mengabaikan mereka, mereka merasa tidak diperhatikan.
4. Jangan tunjukkan rasa sakit Anda
Jangan pernah menunjukkan kelemahan emosional Anda di depan Anak-anak karena dapat memperburuk kondisi mental. Menunjukkan atau mengekspresikan rasa sakit atau kondisi lemah Anda pada anak-anak untuk mendapat simpati merupakan suatu kesalahan. Anak-anak sudah menderita lebih banyak dari keputusan orang tua mereka untuk berpisah.
5. Memberikan pandangan negatif pada mantan pasangan Anda
Kesalahan yang cukup fatal Anda lakukan pada anak-anak jika melibatkan perasaan pribadi tentang mantan pasangan pada mereka. Mungkin Anda dan mantan pasangan memiliki kepahitan tersendiri. Namun, bukan berarti anak-anak Anda harus demikian pada kedua orang tuanya.
6. Bertengkar di depan anak-anak
Salah satu sisi ego orang dewasa adalah seringkali tak peduli untuk bertengkar di depan anak-anak. Hal tersebut merupakan sebuah tindakan bodoh yang bisa mencederai mental anak-anak saat mendengarnya. Bahkan paling parah bisa menyebabkan anak-anak frustrasi sekaligus perubahan kepribadian.
Hal yang perlu dihindari ketika perceraian terjadi;
1.Menanyakan pada anak ingin tinggal dengan siapa
Seringkali orang tua menanyakan pada anak mereka ingin tinggal dengan siapa. Hal ini merupakan kesalaham pertaman yang Anda lakukan dan akan menjadi hal paling sulit yang dihadapi oleh anak-anak karena membuat mereka merasa bersalah dan bersedih.
2. Menjadikan penyampai pesan
Anak seringkali menjadi objek yang paling menderita karena harus menjadi penyampai pesan ketika orang tua bertengkar. Bahkan hal tersebut berlanjut sampai pada perceraian orang tua. Sebuah kesalahan besar jika menjadikan anak sebagai penyampai pesan antar orang tua yang sudah bercerai.
3. Perceraian bukan masalah
Sudah tentu jadi asumsi yang keliru jika Anda berusaha menyampaikan atau memberikan pandangan positif pada anak tentang perceraian. Seringkali anak-anak merasa takut bahwa perceraian akan menyebabkan orang tua mengabaikan mereka, mereka merasa tidak diperhatikan.
4. Jangan tunjukkan rasa sakit Anda
Jangan pernah menunjukkan kelemahan emosional Anda di depan Anak-anak karena dapat memperburuk kondisi mental. Menunjukkan atau mengekspresikan rasa sakit atau kondisi lemah Anda pada anak-anak untuk mendapat simpati merupakan suatu kesalahan. Anak-anak sudah menderita lebih banyak dari keputusan orang tua mereka untuk berpisah.
5. Memberikan pandangan negatif pada mantan pasangan Anda
Kesalahan yang cukup fatal Anda lakukan pada anak-anak jika melibatkan perasaan pribadi tentang mantan pasangan pada mereka. Mungkin Anda dan mantan pasangan memiliki kepahitan tersendiri. Namun, bukan berarti anak-anak Anda harus demikian pada kedua orang tuanya.
6. Bertengkar di depan anak-anak
Salah satu sisi ego orang dewasa adalah seringkali tak peduli untuk bertengkar di depan anak-anak. Hal tersebut merupakan sebuah tindakan bodoh yang bisa mencederai mental anak-anak saat mendengarnya. Bahkan paling parah bisa menyebabkan anak-anak frustrasi sekaligus perubahan kepribadian.